PURWOKERTO–Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Tanah Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Kharisun menilai bahwa penggunaan pupuk anorganik buatan khususnya nitrogen (N) buatan dapat merugikan petani karena akan berdampak terhadap penurunan produktivitas tanah.
“Produktivitas tanah saat ini mengkhawatirkan, karena penggunaan pupuk anorganik buatan yang makin intensif,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 14 juta hektare lahan kritis yang disebabkan oleh degradasi lahan berupa kurang baiknya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta menurunkan kesehatan tanah. Dalam hal ini penurunan produktivitas tanah tersebut disebabkan oleh pupuk nitrogen yang lazim digunakan petani.
Menurut dia, kondisi itu disebabkan oleh sifat pupuk nitrogen buatan yang mempunyai efisiensi rendah, sehingga ketika sudah berada di dalam tanah sangat mudah hilang melalui penguapan maupun tercuci bersama aliran permukaan.
“Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat mobile, mudah mengalami volatilisasi, serta mudah hilang melalui penguapan dan pelindian,” jelas Prof Kharisun.
Dengan demikian jika nilai kehilangan pupuk nitrogen pada 14 juta hektare lahan kritis tersebut dikonversi ke dalam rupiah, kata dia, kerugian yang dialami petani secara keseluruhan mencapai Rp6,4 triliun per tahun berdasarkan harga pupuk subsidi atau mencapai Rp19,01 triliun per tahun apabila menggunakan pupuk nonsubsidi.
Bahkan, lanjut dia, kerugian penggunaan pupuk nitrogen buatan semakin besar nilainya karena pupuk yang tidak termanfaatkan akan menyebabkan pencemaran air maupun udara yang berdampak buruk pada lingkungan.
Menurut dia, berbagai upaya untuk meningkat efisiensi pemupukan nitrogen sudah dilakukan seperti penggunaan pupuk berimbang, penggunaan pupuk urea granule, dan penggunaan pupuk organik. “Akan tetapi hasilnya belum nampak secara signifikan,” tegasnya.
Terkait dengan hal itu, dia telah melakukan serangkaian penelitian untuk mengembangkan batuan alami (zeolite) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan serta dapat meningkatkan kualitas tanah dan aman bagi lingkungan.
Menurut dia, penelitian tersebut telah dipaparkan dalam orasi ilmiah saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Tanah di Auditorium Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman, Unsoed, Senin (18/9).
“Penelitian tentang mineral zeolite ini saya lakukan sejak menyelesaikan studi lanjut S3 di Australia pada tahun 1997 yang dimulai dengan melakukan karakterisasi mineral ziolite di berbagai wilayah Pulau Jawa seperti Tasikmalaya, Jawa Barat, dan Malang, Jawa Timur,” ungkapnya.
Ia mengatakan karakterisasi tersebut dilakukan untuk memperoleh mineral zeolite terbaik yang dapat digunakan untuk pupuk.
Menurut dia, mineral zeolite dipilih karena memiliki kemampuan meningkatkan sifat-sifat tanah, sehingga dapat mengikat air dan kelembapan tanah menjadi lebih bagus.
“Kemampuan mineral zeolite untuk menahan penguapan dari pupuk urea hingga 70 persen, membuat pupuk hasil penelitian kami, yakni N Zeo SR dan N Zeo SR Plus mampu meningkatkan kualitas tanah, tanaman produknya dengan lebih baik,” jelasnya.
Bahkan, kata dia, tanaman menjadi lebih tahan terhadap kekeringan dan lebih tahan penyakit karena kandungan air yang lebih tinggi dapat membuat batang lebih keras.
Prof Kharisun mengatakan berdasarkan hasil pengujian dengan dosis yang sama terhadap sejumlah tanaman di greenhouse seperti padi, jagung, bawang merah, tebu, dan kentang, tanaman yang diberi pupuk tersebut bisa menghasilkan tanaman yang lebih baik. “Produk tanaman memiliki kandungan gizi lebih tinggi dengan kadar gula yang lebih rendah,” ungkapnya.
Bahkan, kata dia, pupuk dari mineral ziolite yang memiliki kemampuan untuk mengurangi penguapan itu dapat digunakan pada lahan dengan kondisi tanah kering maupun berpasir.
Ia mengatakan kedua pupuk tersebut telah memiliki paten dan surat izin edar, saat sekarang sedang dalam tahap persiapan sosialisasi untuk demonstrasi plot (demplot) di sejumlah daerah seperti Sleman dan Brebes dan beberapa daerah lain.
“Selain itu, juga sudah ada permintaan sampel pengujian di perkebunan tebu dan sawit, termasuk pengujian untuk budi daya rumput gajah di peternakan Baturraden, Banyumas (milik Kementerian Pertanian, red.),” katanya.