PURBALINGGA—Wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara terus meluas, menimbulkan persoalan bagi warga yang kekurangan air bersih.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga menunjukkan jumlah desa yang terdampak kini bertambah menjadi 31 desa yang tersebar di 10 kecamatan.
Kepala BPBD Kabupaten Purbalingga Priyo Satmokp mengatakan, jumlah desa yang terdampak kekurangan air bersih kemungkinan besar akan bertambah. “BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika, red) memprediksi musim kemarau masih akan berlangsung pada September ini. Jadi wilayah yang mengalami kekurangan air bersih bisa bertambah,” katanya, Selasa.
Desa-desa yang terdampak tersebar di 10 kecamatan, yakni, Karangerja, Kemangkon, Karanganyar, Kertanegara, Kejobong, Kaligondang, Rembang, Bojongsangsari, Mrebet, Pengadegan dan Kutasari.
Sejumlah desa yang kekurangan air bersih tersebut sudah mendapatkan bantuan. Total sebanyak 1.000.150 liter atau 220 tangki air bersih sudah terdistribusikan.
Bantuan tersebut, berasal dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga, serta instansi lain seperti Polres, PMI, Baznas, Lazizmu, dan lainnya. Total penerima bantuan air bersih adalah sebanyak 1.058 kepala keluarga atau 4.049 jiwa.
Dikutip Radar Banyumas, BPBD Kabupaten Purbalingga telah menyiapkan 2 juta liter air bersih, atau 600 tangki air. Nantinya, air bersih tersebut akan didistribusikan kepada wilayah yang kekurangan air bersih.
Sumber foto: Radar Banyumas
Sementara itu dari Banjarnegara dilaporkan bahwa sejumlah warga di pegunungan selatan juga mengalami krisis air bersih. Misalnya, krisis air bersih yang mendera warga di Desa Kaliajir, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara.
Demi memenuhi kebutuhan air bersih, warga harus rela berjalan kaki menuruni bukit sejauh hingga 4 kilometer. Tak hanya itu, demi mendapatkan air bersih, mereka juga harus menunggu hingga berjam-jam.
Nurhidayati, warga Desa Kaliajir ini mengaku setiap hari harus turun ke sungai dan berjalan kaki hingga 4 kilometer. Dia melakukannya demi mendapatkan empat jiriken ukuran 20 liter air bersih. Demi menghemat air, dia juga menyempatkan mandi di sungai dengan air seadanya.
“Terkadang habis mandi di sungai, sampai rumah sudah berkeringat lagi. Kalau ada bantuan air bersih ini lumayan lebih hemat, ngga harus turun ke sungai. Bisa menyimpan air juga. Kalau harus beli ya berat juga, mending uangnya buat keperluan lain,” katanya, seperti dikutip Serayu News.
Zaenal Arifin, tokoh masyarakat setempat, mengaku harus pandai melakukan lobi dengan berbagai pihak demi mendapatkan bantuan air bersih. Tidak hanya dari BPBD, tetapi pihak lain yang mau membantu air bersih demi membantu warga.
Kadus 4 Desa Kaliajir Latif Fatayan membenarkan jika lebih dari 2.000 warganya kesulitan air bersih. Tidak sedikit dari mereka yang terpaksa membeli ke luar kecamatan. Selain itu ada juga warga yang rela antre hingga malam hari demi mendapatkan air bersih dari sumber mata air yang tersisa.
“Kalau mengandalkan bantuan dari kabupaten memang sulit, sebab yang mengalami kekeringan tidak hanya wilayah kami. Jadi warga yang mampu memilih untuk membeli air. Sedangkan yang kurang mampu, mau tidak mau harus mencari sumber air yang tersisa, dan jarak serta medannya cukup lumayan,” ujarnya.