Dr Wisnu Suhardono tokoh Banyumas yang super sibuk. Ia pengusaha yang sukses, politisi yang andal, juga seorang yang sangat peduli mengurusi berbagai kegiatan sosial, termasuk sebagai Ketua Peguyuban Serulingmas..
JAKARTA–Salah satu ciri khas warga Banyumasan adalah gaya bicaranya yang ceplas-cepols, blakasuta. Mereka bicara apa adanya. Apa yang ada dalam pikirannya dikemukakan dengan terang sehingga orang yang diajak bicara juga jelas menangkap maksudnya. Karenanya, warga Banyumasan umumnya tidak suka bicara plinthat-plinthut, lain di mulut beda pula isi hatinya.
Gaya khas Banyumasan itu kita temui pada tokoh yang satu ini, Dr Wisnu Suhardono. Beliau benar-benar tipikal orang asli Banyumas yang selalu bicara terang dengan kepercayaan diri yang sangat kuat. Yang dimaksud Banyumasan disini adalah wilayah kesatuan budaya mencakup Kebupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Cilacap. Bahkan ada pihak yang menafsirkan wilayah budaya Banyumasan juga merambah beberapa kebupaten lain di sekitarnya.
Pak Wisnu dengan segudang pengalaman hidupnya –pengusaha sukses, politisi handal, organisatoris, juga peneliti yang cermat—selalu tampil di berbagai forum dengan kepercayaan diri yang kuat. Beliau mampu mengutarakan pemikiran dan gagasan-gagasannya dengan jelas.
Selain masih aktif memimpin sebuah grup bisnis yang sukses, beliau hingga saat ini tetap menyediakan wakunya untuk urusan sosial, termasuk posisinya sebagai Ketua Paguyuban Seruling Mas. Peguyuban ini didirikan oleh para tokoh Banyumasan beberapa puluh tahun lalu, antara lain Letjen (Purn) Susilo Sudarman (Alm) yang juga menjadi ketua pertama.
Banyak sekali jejak peninggalan berharga yang diinisiasi dan dibiayai pembangunannya oleh Seruling Mas dan disumbangkan kepada masyarakat di wilayah eks Karesidenan Banyumas. Sebut saja, antara lain, Kebun Binatang Seruling Mas di Banjarnegara dan STIKES di Cilacap. Dua-duanya hingga kini terus berkembang dan menjadi kebanggaan masyarakat.
Banyak gagasan lain dari paguyuban ini yang belum bisa dilaksanakan karena berbagai faktor. Namun melihat antusiasme para perantau asal Banyumas di kota-kota lain, khususnya di Jakarta, maka bukan mustahil di masa depan proyek-proyek monumental semacam kebun Binatang Banjarnegara dan STIKES Cilacap akan bisa dibangun.
Apalagi, saat ini telah berkembang banyak sekali paguyuban Banyumasan dalam skala kecil, yang memperlihatkan keinginan kuat warga perantauan untuk memberikan sumbangsih bagi daerah asal. Bila antusiasme yang tinggi bisa dikelola dengan baik dan bertangggung jawab, hal itu merupakan modal besar yang sangat berharga.
Jiwa Kejuangan
“Apa yang saya inginkan sebetulnya bagaimana menggairahkan semangat warga perantau, terutama kaum muda, untuk menyerap, menjiwai dan mewarisi nilai-nilai perjuangan para sesepuh pendahulu kita,” kata Wisnu Suhardono suatu kali.
Hal itu, katanya, harus dimulai dengan keinginan mengabdi, membantu sesama, memberikan perhatian pada masalah-masalah yang ada di daerah. Jadi jangan apatis atau nggak punya perhatian. Melalui paguyuban, baik Seruling Mas maupun paguyuban yang lebih lokal, warga perantauan bisa memberikan sumbangsihnya bagi warga di daerah.
Semua keturunan Banyumas tentu mengetahui bahwa di wilayah ini lahir sangat banyak pejuang; orang-orang yang mengabdi tanpa pamrih demi kemerdekaan Indonesia dan kemajuan masyarakat luas. Sebut saja tokoh seperti Panglima Besar Jenderal Sudirman, Kolonel Isdiman, Mayjen (Purn) Supardjo Rustam, bankir terkenal Margono Djojohadikusumo, keluarga Kolopaking hingga generasi Pak Susilo Sudarman.
“Maka jangan lupakan sejarah ini. Jas Merah kata Bung Karno. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah,” kata Wisnu.
Politisi pejuang
Lahir di Purwokerto pada13 Desember 1953, Wisnu berkembang sebagai politisi yang sangat memperhatikan perbaikan nasib bangsa, terutama berkaitan dengan pengelolaan kekayaan alam Indonesia. Beliau menaruh perhatian besar terhadap upaya perbaikan taraf hidup masyarakat, yang semestinya sudah jauh lebih baik dari saat ini.
Dunia mengenal Indonesia sebagai negara yang kaya sumberdaya alam. Bila dikelola secara lebih bertanggungjawab maka seharusnya rakyat Indonesia bisa sejahtera. Gemah ripah loh jinawi. Sayangnya, kekayaan alam menjadi obyek penjarahan, terjadi korupsi dimana-mana. Banyak yang sejahtera dengan praktek itu, namun sebagian besar rakyat tetap miskin dan serba kekurangan.
Pengamatan Wisnu tentu tidak sembarangan. Ia seorang politisi yang bergelar Doktor, hasil perjuangan akademiknya di Fakultas Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang. Asal tahu saja, dalam mempertahankan diseratasinya Wisnu meraih kelulusan dengan pujian alias berpredikat Cum Laude.
Beliau mengajukan promosi Doktor di tengah kesibukannya sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Tengah. Hal itu juga menunjukkan bagaimana hebatnya dalam membagi waktu dan semuanya bisa ditangani dengan baik.
Disertasinya berjudul “Pemilu di Jawa, Studi tentang Model Kombinatif Perilaku Memilih Partai Golkar di Tiga Daerah.” Salah satu masalah yang menjadi sorotan pengamatan Wisnu dalam disertatsinya adalah mengenai peran para pemodal politik dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada). Pak Wisnu tentu sangat memahami perilaku para “bandar” karena beliau memimpin DPD Golkar Jawa Tengah dalam dua periode, selama 10 tahun.
Jadi, pengetahuan dan pengalamannya sangat mumpuni. Tidak bisa ditipu-tipu. Beliau tokoh yang menguasai masalah, terlebih pada masalah-masalah yang memang dalam lingkup perhatian, pengalaman dan keprihatinannya.
Pendidikan sangat penting
Sukses yang diraih Pak Wisnu bukannya tanpa perjuangan. Ayah dua anak ini menjalani lika-liku kehidupannya penuh asam garam, onak dan duri. Beliau menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Trisakti pada tahun 1978 dalam kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan.
Ketika itu ayahnya sudah menininggal dunia. Wisnu harus ikut kakaknya dan pindah ke Jakarta untuk bisa kuliah. Tak ingin memberatkan kakaknya, Wisnu mulai belajar bisnis, sehingga kuliahnya sedikit terganggu. Apa boleh buat, s emu aitu harus dilalui demi masa depannya.
“Pendidikan itu sangat penting, karena akan menjadi bekal kita di masa depan. Sehingga saya sangat menyayangkan, jika ada generasi muda yang mendapat kesempatan untuk kuliah dan tidak memanfaatkannya dengan baik,” katanya suatu kali.
Sukses menjadi pengusaha, tak membuat Wisnu berpangku tangan melihat banyaknya anak-anak muda yang belum mendapat kesempatan kerja. Bersama Kuntoro Mangkusubroto, tokoh Banyumas yang pernah menjadi Menteri Pertambangan dan Energi di Kabinet Reformasi, Wisnu menggagas pendidikan praktis bagi anak-anak angkatan kerja di Banyumas. Pendidikan tersebut akan memberikan ketrampilan khusus dan kemudian langsung disalurkan kerja di Jepang.
“Mengapa di Jepang? Karena saya banyak berpatner dengan perusahaan Jepang, sehingga sudah ada jaringan. Jadi cita-cita saya yang sedang berusaha saya wujudkan bersama dengan Pak Kuntoro, ingin membangun sekolah di Banyumas yang lulusannya langsung kita salurkan kerja pada beberapa perusahaan di Jepang, bisa dalam bidang mesin, kelautan dan lainnya,” kata Wisnu.
Masih banyak gagasan Wisnu untuk kemajuan warga Banyumas. “Meskipun saya tidak menetap di Banyumas, tetapi Banyumas ini Tanah Air Beta. Jadi apapun yang bisa saya lakukan untuk Banyumas, apalagi dalam bidang pendidikan, akan saya upayakan semaksimal mungkin. Anak-anak muda Banyumas harus menjadi generasi yang cerdas dan pandai menangkap peluang, sehingga bisa memajukan Banyumas ke depan,” pungkasnya. (Mas Kumambang)