Sudirman muda dikenal sangat sederhana, disiplin dan konsekuen. Ia pernah menjadi Ketua Pandu HW wilayah Banyumas.
MALANG–Jenderal Sudirman resmi dikukuhkan sebagai Bapak Pandu organisasi kepanduan Muhammadiyah, Hizbul Wathan (HW) pada pembukaan Muktamar ke-IV HW di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (27/7).
Pengukuhan dilaksanakan secara simbolis lewat pembacaan keputusan Kwartir Pusat Hizbul Wathan bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
Diselenggarakan sampai Sabtu (29/7) besok, Muktamar diikuti 812 hadirin dan 700 penggembira dari seluruh Indonesia. Selain itu, kegiatan perkemahan Jambore Nasional pada Muktamar ini diikuti 3.100 peserta dari target awal sejumlah 1.500 peserta. 39 perwakilan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) juga hadir langsung ke Malang.
Dikutip dari Sudirman: Prajurit TNI Teladan, yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat, semasa remaja Sudirman gemar terhadap perkumpulan atau organisasi. Saat menimba ilmu di MULO Wiworotomo, ia tidak ingin ketinggalan bila ada kegiatan kesenian atau olahraga di kalangan murid-murid. Ia pun memimpin setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh murid-murid ketika Sudirman menduduki bangku terakhir MULO pada perguruan tersebut.
Lahir di Purbalingga 24 Januari 1916, Sudirman muda merupakan sosok pemimpin yang sangat disegani kawan-kawannya. Sudirman memimpin tetap dengan watak dan pembawaannya yang sederhana, tenang, dan loyal terhadap semua pendapat yang sekiranya menguntungkan untuk kemajuan kelompok. Kedudukannya sebagai pemimpin pun tidak membuatnya sombong atau angkuh.
Sudirman terus bergaul jauh lebih luas dari lingkungan Wiworotomo. Pada saat Sudirman menyelesaikan studinya di MULO Wiworotomo, ia juga telah memasuki organisasi kepanduan Hizbul Wathon (HW). Kepanduan Hizbul Wathon (HW) merupakan organisasi kepanduan yang dibina oleh organisasi Muhammadiyah, yang ketika itu dikenal sebagai pembawa moderniasai masyarakat Islam.
Dalam kepanduan HW, Sudirman senantiasa mengingatkan nasihat gurunya di Wiworotomo bahwa seorang pandu tidak tergantung pada pakaian seragam atau keterampilan waktu latihan. Sebenar-benarnya seorang pandu adalah setiap tunas muda yang cakap mempraktikkan kegiatan kebajikan pada sesama mahluk serta bertingkah laku yang dipandang baik oleh ajaran yang diyakininya.
Bagi Sudirman, memasuki HW bukan merupakan ajang untuk gagah-gagahan atau aksi-aksian, melainkan untuk melatihnya sebagai tunas muda yang sedang berkembang. Pada organisasi ini, ia melatih fisik dan membina mental dalam persiapannya untuk hidup di hari kemudian.
Rasa disiplin Sudirman sebagai pandu tampak jelas di kalangan teman-temannya. Pernah suatu ketika ia harus mengikuti jambore HW di kaki Gunung Slamet, Wonosobo, yang terkenal memiliki iklim sangat dingin. Saat malam tiba, hawa dingin pun semakin memuncak dan membuat kawan-kawan Sudirman berlindung di rumah-rumah penduduk agar tidak kedinginan. Sudirman pun tetap tinggal di luar untuk berjaga hingga jauh malam. Tiba-tiba datanglah temannya dan mengajaknya untuk tidur di rumah penduduk yang tidak jauh dari area perkemahan. Sudirman pun menjawab, “Biarlah saya tetap di sini. Inilah latihan untuk di kemudian hari dan boleh jadi kita alami yang lebih dingin dari pada ini.”
Sikap yang mengagumkan Sudirman sebagai pandu pun membuatnya terpilih sebagai pemimpin HW daerah Banyumas. Sebagai pemimpin, ia tidak hanya bijak dalam memberi instruksi, namun dalam praktiknya pun tidak pernah absen. Pemuda Sudirman telah mampu menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan kepanduan HW di daerah Banyumas dan sekitarnya dengan kesederhanaan serta penuh rasa tanggung jawab yang jauh dari sikap takabur.
Suasana keprihatinan yang dialami oleh seluruh keluarganya mendorong kemajuan Sudirman di lingkungan HW. Kehidupan sehari-hari keluarga Sudirman sangat kurang. Keluarganya mencukupi hidup dengan hasil pensiunan ayah angkatnya, R. Cokrosunaryo, yang telah meninggal dunia saat Sudirman masih menempuh pendidikan di Wiworotomo. Suasana tersebut justru telah membangkitkan jiwa Sudirman untuk berjuang menhadapi segala kemungkinan dengan cara wajar.
Selama aktif di HW, Sudirman telah memberi teladan yang baik terhadap calon-calon pemimpin HW. Sejalan dengan pertumbuhan kedewasaannya, ia mengalihkan aktivitasnya dari lapangan HW ke lingkungan Pemuda Muhammadiyah. Dalam organisasi kepemudaan tersbut, Sudirman mulai mencatat sejarah baru dari lembaran hidupnya. (Mas Kumambang)