PURWOKERTO–Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto menginginkan potensi wisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, “naik kelas” melalui gelaran QRIS Jazz Gunung Slamet yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu (14/10).
Saat konferensi pers pra-kegiatan QRIS Jazz Gunung Slamet di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis sore, Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan mengatakan penyelenggaraan pergelaran musik jaz tersebut terinspirasi oleh kegiatan Dieng Culture Festival (DCF) yang digelar di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara.
Ia mengaku ketika hendak pulang ke Purwokerto bersama wartawan senior Andy F Noya usai menghadiri pergelaran DCF, jalanan di sekitar lokasi kegiatan tersebut macet.
Menurut dia, kemacetan arus lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan DCF tersebut menunjukkan bahwa pergelaran seni dan budaya itu sangat bagus sehingga banyak dikunjungi wisatawan.
Terkait dengan hal itu, dia pun mengajak Andy F Noya untuk bersama-sama mengadakan kegiatan seni budaya di Banyumas yang dapat menarik minat wisatawan.
“Kami mencoba membangun mimpi dengan sinergi untuk memberdayakan ekonomi, sehingga hasilnya bisa menjadi legacy,” ungkapnya.
Ia mengatakan pemberdayaan ekonomi melalui pariwisata itu mempunyai efek bola salju (snowball) yang akan berdampak terhadap perkembangan akomodasi, kuliner, transportasi, ekonomi kreatif, dan sebagainya.
“Efek snowball ini yang kita kejar karena bagi kami, Bank Indonesia, di wilayah kami sudah ada Dieng Culture Festival yang tahun kemarin sudah masuk Kharisma Event Nusantara. Di Banyumas belum ada event yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara,” jelasnya.
Rony mengatakan jika ingin membuat kegiatan yang bisa masuk Kharisma Event Nusantara, pihaknya harus bersinergi dengan pihak-pihak yang sudah punya pengalaman di tingkat nasional.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mencoba menghadirkan QRIS Jazz Gunung Slamet di Banyumas dan merupakan yang ketiga dari Jazz Gunung Series, yakni setelah Jazz Gunung Bromo dan Jazz Gunung Ijen.
“Ini sebenarnya bagian dari kegiatan Baturraden Creative Festival atau BCF. Kenapa kreatif, karena di dalamnya ada Jazz Gunung Slamet serta ada marawis dan pengajian akbar pada hari Minggu (15/10),” katanya.
Menurut dia, hal itu karena pengembangan yang dilakukan tidak hanya terhadap UMKM dan pariwisata, juga membangun ekonomi syariah.
Ia mengatakan dalam pergelaran musik jaz juga akan ditampilkan seni lengger khas Banyumas yang dimainkan oleh maestro lengger, Rianto.
“Kita mencoba mengangkat agar Banyumas dan Baturraden-nya ini ‘naik kelas’,” katanya.
Selain bekerja sama dengan Jazz Gunung, kata dia, pihaknya juga melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kemutug Lor sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
Rony mengharapkan Pokdarwis Desa Kemutug Lor bisa belajar dari Tim Jazz Gunung yang dinilai sudah ahli dalam penyelenggara kegiatan berskala besar.
Sementara wartawan senior, Andy F Noya mengharapkan rangkaian demi rangkaian penyelenggaraan Jazz Gunung Slamet dapat menjadikan Banyumas sebagai daerah tujuan wisata yang tidak kalah dengan daerah lain seperti Yogyakarta, Bali, dan Labuan Bajo.
“Waktu pertama kali datang ke sini, aku melihat potensi yang luar biasa dari Banyumas,” kata dia yang sekarang bermukim di Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Banyumas.
Ia mengatakan hal itu merupakan sesuatu yang dahsyat, sehingga tinggal bagaimana bersama-sama untuk mendorong agar akselerasinya lebih cepat dalam mewujudkan Banyumas menjadi tujuan wisata yang tidak kalah dari daerah lain.
Terkait dengan pelibatan Pokdarwis Desa Kemutug Lor dalam penyelenggaraan Jazz Gunung Slamet, menurut dia, hal itu sama seeprti dalam penyelenggaraan Jazz Gunung Bromo.
“Kita sama seperti di Bromo, kita akan ajarkan kepada teman-teman lokal, apakah itu melalui pokdarwis atau komunitas, karena di Bromo sendiri perlu tujuh tahun baru bisa didelegasikan kepada teman-teman lokal,” jelas Penasihat Jazz Gunung Series itu.
Salah seorang penggagas Jazz Gunung, Sigit Pramono mengatakan penyelenggaraan pergelaran Jazz Gunung Bromo yang pertama kali digelar 14 tahun silam bukan semata-mata untuk mengembangkan musik tersebut.
Menurut dia, pergelaran tersebut juga ditujukan untuk membangun dan mengembangkan destinasi wisata serta mengangkat ekonomi kreatif secara umum.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya gembira karena berkolaborasi dengan Bank Indonesia dalam penyelenggaraan QRIS Jazz Gunung Slamet guna mengangkat ekonomi kreatif seantero Banyumas.
Kendati demikian, dia mengharapkan penyelenggaraan QRIS Jazz Gunung Slamet berikutnya dapat dilakukan dengan jadwal yang jelas.
“Jadi, masyarakat maupun travel agent bisa tahu kapan ada calendar event Jazz Gunung Slamet di Banyumas, sehingga bisa menjadwalkannya untuk datang,” ungkap Sigit.