PURWOKERTO–Perum Bulog Banyumas dalam dua pekan terakhir telah menggelontorkan 1.200 ton beras melalui kegiatan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk mengendalikan gejolak kenaikan harga beras di wilayah eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah.
“Sejak akhir Agustus hingga saat ini, kami sudah menggelontorkan 1.200 ton beras SPHP. Namun kalau sejak Januari hingga September sudah mencapai kisaran 6.000 ton,” kata Pimpinan Cabang Bulog Banyumas Rasiwan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Dari 1.200 ton beras tersebut, kata dia, penyerapan paling tinggi terjadi di Kabupaten Banyumas dan Cilacap.
Menurut dia, hal itu disebabkan di dua kabupaten tersebut terdapat pasar yang dipantau oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan jumlah pasar untuk kegiatan SPHP lebih banyak.
Dalam hal ini, kegiatan SPHP di Kabupaten Banyumas berlangsung di sembilan pasar tradisional dengan melibatkan 69 pengecer, Cilacap digelar di tujuh pasar tradisional dengan melibatkan 25 pengecer, Purbalingga di empat pasar tradisional yang melibatkan 24 pengecer, dan Banjarnegara di lima pasar tradisional dengan melibatkan 10 pengecer.
Disinggung mengenai harapan pedagang agar alokasi beras untuk SPHP ditambah, Rasiwan mengatakan pihaknya secara prinsip sebenarnya siap untuk memenuhi permintaan tersebut.
“Tapi, kami juga punya rasio penjualan masing-masing kios. Jadi harus kita kendalikan juga jumlah kuantumnya karena ada kecenderungan dipasok seberapa pun akan kurang,” jelasnya.
Kendati demikian, ia mengatakan prinsip Bulog adalah ketepatan bahwa pedagang tersebut menjual beras kualitas medium tersebut sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.
Menurut dia, harga beras SPHP dari Bulog sebesar Rp10.200 per kilogram dan pedagang menjualnya dengan harga eceran tertinggi sebesar Rp10.900/kg.
“Ini kewajiban kita untuk mengawal. Jadi ukurannya tetap 2 ton per minggu per kios, itu sudah ditetapkan oleh kantor pusat,” tegasnya.
Menurut dia, penyaluran dilakukan secara bertahap karena pihaknya menyadari bahwa kios yang menjual beras SPHP tidak memiliki tempat penyimpanan.
Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya akan terus menggelar kegiatan SPHP di pasar-pasar tradisional karena gejolak kenaikan harga beras masih terjadi.
“Kami berkewajiban untuk mengintervensi dan mengakses ketersediaan beras SPHP di pasar tradisional,” kata Rasiwan.
Sebelumnya, salah seorang pedagang beras di Pasar Manis Purwokerto, Agus Prianto mengakui animo masyarakat untuk membeli beras SPHP sangat tinggi.
Akan tetapi, kata dia, kegiatan SPHP tersebut belum terlalu membantu dalam pengendalian gejolak kenaikan harga beras di pasaran yang saat ini telah mencapai kisaran Rp13.000/kg untuk beras kualitas medium.
“Belum terlalu membantu, kar