Purwokerto di malam hari akan tampak semakin indah dilihat dari Menara Pandang Teratai karena bertabur lampu warna warni.
PURWOKERTO–Menyaksikan keindahan kota Purwokerto dan alam pedesaan di sekitarnya merupakan pengalaman yang menarik dan tak mudah terlupakan. Dari atas menarang pandang ini kita bisa menyaksikan hamparan yang sangat luas termasuk keperkasaan Gunung Slamet di sebelah utara.
Lokasi menara pandang ini mudan dicapai dari pusat kota, baik menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Harga tiket masuk pun cukup terjangkau. Pada hari-hari biasa wisatawan membayar Rp20 ribu namun di akhir pekan Rp 25 ribu.
Untuk pengunjung anak-anak usia 5 hingga 12 tahun akan mendapat potongan sebesar 50 persen. Sedangkan anak usia di bawah 5 tahun masih bebas biaya.
Banyak fasilitas tersedia di menara pandang setinggi 117 meter ini. Salah satunya adalah cafe di lantai dua yang berdidnding kaca, Dari sini kita bisa menyaksikan pemandangan kota Purwokerto.
Menara Pandang Teratai ini sudah dilengkapi dengan lift hingga lantrai 4. Dari sini kita bisa menyaksikan hamparan pemandangan kota dan alam s ekitarnya dari ketinggian. Pemandangannya sangat indah apalagi ketika malam hari dengan banyak lampu yang menghiasi.
Tempat wisata ini dibuka dari pukul 09:00 hingga 22:00. Saat malam hari kita menyaksikan gemerlapnya lampu warna-warni di tengah cuaca yang sejuk.
Kota Baru
Menara Pandang Teratai Purwokerto merupakan sebuah menara yang berada di Kedungwuluh, Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas. Menara pandang setinggi 117 meter yang dibangun sejak tahun 2021 ini merupakah sebuah proyek infrastruktur pariwisata baru di Kawasan Kota Baru Purwokerto yang berada di wilayah Jalan Bung Karno.
Dikutip dari Wikipedia, menara ini dibuka untuk tahap uji coba pada tanggal 27 April 2022 dalam tahap finalisasi fasad bangunan.
Pembangunan Menara Pandang Teratai Purwokerto merupakan inisiatif Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menciptakan ikon baru Purwokerto di wilayah kawasan perkotaan baru.Nantinya, kawasan tersebut menjadi satu lokasi dengan pembangunan Masjid Agung Purwokerto berdesain “seribu bulan” yang dirancang oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Selain itu juga wisata buatan berupa pusat kuliner Madhang Maning Park, gedung Convention Hall Purwokerto, danau retensi seluas tujuh hektar, dan Kompleks DPRD Kabupaten Banyumas.
Desain menara pandang beberapa kali mengalami perubahan konsep dalam proses pembangunannya. Dalam tahap perencanaan awal, desain akhir bangunan yang dikehendaki adalah menara setinggi 117 meter yang di atasnya terdapat puncak observasi berbentuk kubah dan awalnya dinamakan sebagai Menara Gada Rujakpolo.
Pada proses menuju tahap penyelesaian, bentuk menara akhirnya mengalami perubahan desain menjadi bunga teratai yang diilhami dari konsultasi tokoh lokal di Kabupaten Banyumas, yakni sastrawan Ahmad Tohari, akademisi Universitas Jenderal Soedirman, dan budayawan Banyumas.
Puncak menara yang mahkota bunga teratai. Menara menjadi tiga tingkatan, yakni tingkat bawah, tingkat tengah, dan tingkat atas.
Tingkat bawah berada di lantai dasar bawah yang menyimbolkan hubungan dengan manusia, tingkat tengah berada di lantai satu dan dua yang menyimbolkan hubungan dengan alam, dan tingkat atas berada di lantai tiga dan empat yang menyimbolkan hubungan dengan Tuhan.[3]
Menara pandang ini memiliki total lima lantai dengan penggunaan yang berbeda-beda. Lantai dasar bawah dan lantai satu hingga empat. Lantai satu dan dua merupakan wilayah di bagian bawah menara yang akan digunakan untuk ruang pertemuan dan zona komersial/pertokoan yang disewakan, sedangkan lantai tiga dan empat berada di bagian atas menara.
Lantai tiga menara memiliki dek observasi dengan jembatan kaca tembus pandang pada ketinggian sekitar 70-80 meter dan puncak menara di bawah mahkota teratai yang dibatasi dengan mesh atau pembatas jaring besi. Akses menuju dek observasi dan puncak menara dapat dilakukan melalui lift berkapasitas 20 orang dan tangga darurat.
Fasad bangunan dilengkapi dengan pencahayaan teknologi LED berwarna-warni yang menyinari bagian tubuh menara hingga mahkota teratai.