Pembuatan film Dalan Ruwag terinspirasi dari pemberitaan jalan rusak di provinsi Lampung beberapa waktu lalu.
PURBALINGGA–Film dokumenter ‘Dalan Ruwag‘ yang mengkritik jalan rusak di Purbalingga, menyabet penghargaan Kategori Dokumenter Pelajar Terbaik Festival Film Purbalingga (FFP) 2023.
Film garapan sutradara Vebita Saputri produksi Movieda Production SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga ini berhasil menyisihkan 7 nominee pada kategori dokumenter.
Vebita, mengaku penggarapan film ini terinspirasi dari viralnya pemberitan jalan rusak di Provinsi Lampung.
“Waktu ambil gambar di Sirau (desa di Kecamatan Karangmoncol), saya menunggu kendaraan rusak yang lewat gara-gara jalan itu. Ternyata, malah motor saya sendiri yang rusak,” tuturnya usai Malam Penganugerahan FFP 2023 di Bioskop Misbar Purbalingga, Sabtu, 29 Juli 2023 malam.
Festival Film Purbalingga merupakan sebuah festival tahunan yang diselenggarakan oleh Cinema Lovers Community. FFP menghadirkan kompetisi film pelajar SMA/sederajat se-Banyumas Raya sebagai ruang berekspresi.
FFP kali ini memasuki tahun ke-17. Waktu yang lumayan panjang untuk sebuah peristiwa budaya yang berkelanjutan. Mengusung penari Dhames, sebagai sebuah seni tradisi di wilayah Banyumas Raya, yang menjadi tema poster festival tahun ini. Program yang akan digelar, antara lain; Kompetisi Pelajar Banyumas Raya, Non-Kompetisi se-Indonesia, Pemutaran Film Anak, dan Penghargaan Lintang Kemukus.
Melalui film, FFP memberikan tontonan dan tuntunan kepada masyarakat melalui layar tanjleb sebagai program unggulannya. Selain festival tahunan yang berjalan, FFP membangun ruang-ruang pemutaran dan diskusi yang dapat dinikmati masyarakat Banyumas Raya.
Dikutip dari Suara Merdeka, Vebita berharap, film ini dapat mengguggah para pembuat kebijakan untuk segera memperbaiki jalan rusak, terutama di daerahnya sendiri.
Salah satu dewan juri kategori dokumenter, Daniel Rudi Haryanto menilai, film ini berhasil mengeksplorasi kondisi sosial budaya dan menemukan ide film secara konstektual.
Kendati peserta kategori dokumenter hanya berasal dari Purbalingga dan Banjarnegara, namun para pelajar mampu menggali ide dan gagasan serta mengangkat konflik di sekitarnya.
“Film (Dalan Ruwag) menyuguhkan konflik soal infrastruktur dan ini menjadi catatan yang cukup penting,” kata Daniel yang merupakan sutradara film dokumenter ini.
Dia berharap, kualitas film pelajar akan terus meningkat, terutama dalam hal mengolah data dari riset dan mencari referensi sebagai pendukung film.
Adapun pada kategori fiksi, film “Pedangan” karya sutradara Olivia Nur Andini, Hika Production SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Banjarnegara menyabet penghargaan Film Fiksi Pelajar Terbaik FFP 2023.
Film yang menyisihkan 8 nominee pada kategori fiksi ini mengisahkan tentang konflik keluarga yang diselesaikan dengan cara berdialog di ruang makan.
“Saya terinspirasi dari pengalaman teman-teman, guru dan lingkungan sekitar sekolah,” kata sutradara “Pedangan”, Olivia saat ditanya soal ide cerita film garapannya.
Selain dua penghargaan tersebut, dua film dari Kafiana Production SMK YPLP Purbalingga meraih dua penghargaan FFP 2023 pada kategroi Film Dokumenter Terfavorit Pilihan Penonton kepada film “Penjahit Terakhir” sutradara Desti Suci Cahyani dan film “Percakapan Hampa” sutradara Feby Dwi Seyani.
FFP juga menganugerahkan penghargaan Lintang Kemukus kepada dua tokoh yaitu almarhum Rasadi seorang seniman Krumpyung dan almarhum Insan Indah Pribadi, filmmaker dan sekaligus pendiri komunitas multimedia Sangkanparan Cilacap. (Sumber: SM Banyumas/ FFP)***