Kota Lama Banyumas menyimpan banyak sekali warisah sejarah yang bernilai tinggi, termasuk keranda kuno
BANYUMAS—Kota lama Banyumas yang sekarang sedang dilakukan penataan kembali, ternyata menyimpan banyak sekali warisan benda bersejarah yang layak diketahui.
Salah satunya adalah kereta jenazah kuno milik perkumpulan warga Tionghoa, yang konon sudah berusia 160 tahun.
Kereta jenazah tersebut beberapa waktu terakhir disimpan di kompleks Bale Adipati Mrapat (Pendopo Sipanji). Namun karena kompleks Bale tersebut akan ditata ulang, maka kereta jenazah tersebut dipindahkan ke Kalibagor.
Bale Adipati Mrapat termasuk salah satu peninggalan paling bersejarah di Banyumas. Diketahui bahwa Adipati Mrapat, semula bernama Raden Joko Kaiman, adalah pendiri Banyumas dan sekaligus menjadi Adipati pertama.
Disebut Adipati Mrapat karena Joko Kaiman membagi empat wilayah Kadipaten Wirasaba, warisan mertuanya yang meninggal. Wilayah sangat luas itu dibagi empat sesuai jumlah anak keturunan Adipati Wirasaba Warga Utama I.
Alkisah, Joko Kaiman pada 27 Ramadhan 978 H atau tanggal 22 Pebruari 1571 M, diangkat oleh Sultan Hadiwijaya di Pajang menjadi Adipati Wirasaba bergelar Warga Utama II. Karena ia hanya seorang menantu, Joko Kaiman kemudian membagi daerah kekuasaannya menjadi empat. Yaitu :
1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirayudo.
2. Merden diberikan kepada Kiai Ngabehi Wirakusumo.
3. Wirasaba diberikan kepada Kiai Ngabehi Wargawijoyo.
4. Banyumas dipimpin oleh Joko Kaiman sendiri.
Banyumas kemudian berkembang melalui beberapa fase, antara lain pada masa kekuasaan Mataram dan penjahan Belanda. Banyumas sepenuhnya menjadi daerah jajahan Belanda setelah selesai Perang Diponegoro (1825-1830).
Maka di Kota Lama Banyumas terdapat sejumlah peninggalan, utamanya adalah bangunan, yang menandai fase-fase tersebut. Pendopo Sipanji yang kini bernama Bale Adipati Mrapat dan Masjid Besar, merupakan dua peninggalan utama pada masa awal Banyumas.
Di kota ini terdapat banyak sekali bangunan gedung kantor dan rumah berasitektur khas kolonial karena pernah menjadi pusat pemerintahan dan konsentrasi militer Belanda.
Bupati Banyumas Achmad Husein didampingi presenter Andy F Noya pada saat peluncuran dimulainya penataan kembali Kota Lama Banyumas beberrapa waktu lalu. (Foto: Radar Banyumas)
Penataan Kota Lama Banyumas diharapkan selesai pada akhir tahun 2023. Dikabarkan bahwa pemerintah membiayai revitalisasinya dengan anggaran Rp 17 miliar.
Kereta jenazah
Mengenai keranda jenazah milik perkumpulan Tri Dharma (TITD) Boen Tek Bio Banyumas kini dipindahkan ke Bong Kaliori, Kecamatan Kalibagor. Pemindahan dilakukan karena penataan kawasan Kota Lama Banyumas telah dimulai sejak akhir Juli 2023 lalu.
Humas TITD Boen Tek Bio, Sobita Nanda menuturkan, sebelumnya, keranda kuno tersebut, dipajang di bagian barat atau eks ruangan dapur di komplek Bale Adipati Mrapat, Kota Lama Banyumas sejak 23 Mei 2023.
“Tapi karena area Taman Sari (belakang komplek kantor kecamatan) juga termasuk dalam projek penataan, maka kereta jenazah itu dipindahkan ke Bong Kailori, dekat makam kapten Tionghoa, Tjong A Hwie,” katanya seperti dikutip Suara Merdeka.
Keranda milik perkumpulan sosial Tionghoa “Tee Gie Hwe” itu pada masa lalu tidak hanya melayani kaum peranakan saja, tapi juga sejumlah tokoh masyarakat pribumi.
Berdasarkan penuturan keturunan dan keluarga para petugas pelayanan kematian, keranda yang diperkirakan digunakan tahun 1826 itu pernah membawa jenazah wedana dan lurah.
Kereta berukuran 1,7 x 4 x 2,36 meter yang kini dikelola oleh Yayasan Budi Darma ini menjadi simbol gotong royong masyarakat baik kaum keturunan Tionghoa maupun warga pribumi Banyumas pada masa lalu.
“Cukup banyak jasa dan sejarah dari kereta jenazah ini. Karena itu, sudah selayaknya dihormati,” kata Sobita.
Dia mengatakan, agar kereta jenazah tersebut tetap terjaga dan terawat kondisinya, pihak Yayasan Budi Darma berencana membuatkan garasi yang berlokasi di Sentiong Kaliori.