PURWOKERTO–Lereng Gunung Slamet tidak hanya menyimpan keindahannya saja. Di balik keindahan itu diam-diam juga menyimpan cerita di masa lampau. Seperti Curug Cipendok, air terjun dengan ketinggian 93 meter itu juga menyimpan cerita saat dulu pertama kali ditemukan.
Kejadian itu bermula setelah Perang Diponegoro (1825-1830) berakhir. Perang yang dimenangkan Belanda itu, membuat Banyumas termasuk Ajibarang juga jatuh ke tangan pemerintahan Belanda. Ajibarang saat itu dipimpin oleh seorang Wedana bernama Raden Ranusentika. Belanda memerintahkan Raden Ranusentika untuk membuka lahan di lereng Gunung Slamet untuk dijadikan area perkebunan.
Keanehan terjadi saat Raden Ranusentika menebang pohon di hutan belantara. Setiap pohon yang sudah ditebang, keesokannya tumbuh lagi seperti semula. Hal itu terjadi sampai berbulan-bulan. Akhirnya Raden Ranusentika bertapa untuk mencari petunjuk dari permasalahan tersebut.
Walau sudah lama bertapa, Raden Ranusentika tidak kunjung mendapatkan petunjuk. Raden Ranusentika kemudian menyudahi bertapanya. Sambil memikirkan jalan keluar dari permasalahan tersebut, Raden Ranusentika memancing di dekat air terjun.
Saat memancing, kail Raden Ranusentika seperti ditarik ikan yang besar sampai gagang pancingnya melengkung. Namun saat pancing ditarik yang didapat bukan ikan melainkan cincin warangka keris atau pendok. Setelah pendok itu didekati, Reden Ranusentika bisa melihat makhluk halus yang menghuni hutan belantara tersebut. Makhluk halus itulah yang menggagalkan penebangan pohon untuk pembukaan lahan perkebunan.
Air terjun tempat ditemukannya pendok itulah yang sekarang kita kenal sebagai Curug Cipendok. Sampai saat ini Curug Cipendok masih terjaga keasriannya. Pohon-pohon lebat, tinggi, dan hijau masih tumbuh dengan subur di sekeliling Curug Cipendok.
Dikutip daru laman Jatengprov.go.id, Curug Cipendok baru dibuka sebagai objek wisata pada tahun 1987. Tempatnya sekitar 20 kilometer dari pusat kota Purwokerto. Tepatnya di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Akses jalan menuju Curug Cipendok sudah beraspal bagus. Hanya saja harus melewati jalan yang berliku dan menanjak khas pegunungan.
Cukup merogoh kantong 10.000 rupiah per orang, kita sudah bisa menikmati indahnya Curug Cipendok. Dari pintu masuk kita sudah disuguhi pohon rindang yang berjejer sepanjang jalan. Sampai area parkir yang luas, kita harus berjalan sejauh 500 meter.
Berjalan menuju Curug Cipendok memang lumayan jauh. Namun kita tidak akan bosan, karena ada warung, tempat duduk, gazebo, dan area bermain anak. Perjalanan yang menguras keringat itupun terbayar dengan keindahan Curug Cipendok.
Tinggi Curug Cipendok adalah 93 meter. Dengan tinggi itu membuat Curug Cipendok aliran airnya deras, Bahkan belum sampai curug kita sudah bisa mendengar suara gemuruh air. Bila ingin berenang atau sekedar membasahi kaki, harus berhati-hati karena aliran air yang deras dan batu yang licin. Di samping Curug Cipendok dibangun panggok yang bisa digunakan untuk berswafoto jadi pengunjung tidak perlu turun ke aliran air. Cukup di panggok ini saja kita sudah bisa merasakan gerimis dari air terjun.
Ke Curug Cipendok enaknya sambil menikmati mendoan dan susu sapi murni yang dijual di warung-warung. Susu sapi murni ini langsung dari Rearing Unit Manggala BBPTU Sapi Perah Baturaden yang letaknya sebelum pintu masuk Curug Cipendok. Bila kalian dari luar kota juga bisa menginap di Germanggis Area atau hotel-hotel lain sekitar Curug Cipendok. (Kasih/Kontributor)