PURWOKERTO–Dampak kekeringan dan fenomena El Nino mulai dirasakan di wilayah Banyumas dengan luasnya lahan persawahan yang mengalami gagal panen.
Data yang dilansir Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DinpertanKP) Kabupaten Banyumas, terdapat 76 hektare sawah di Banyumas mengalami puso alias gagal panen pada musim ini.
Kepala Dinpertan KP Banyumas, Jaka Budi S menyebutkan, terdapat 76 hektare sawah mengalami kekeringan di Banyumas dan menyebar di sejumlah Kecamatan.
Akibat kemarau, puluhan hektar sawah di Banyumas mengalami kekeringan. Akibat kekeringan, para petani mengalami gagal panen. Sawah-sawah tersebut, tersebar di 4 kecamatan di pinggiran Kabupaten Banyumas.
“Di Cilongok itu sampai 60 hektar sawah yang kekeringan, kemudian di Wangon ada 8 hektar, Kalibagor 6 hektar, dan Kecamatan Kembaran ada 2 hektar sawah,” kata dia.
Selain karena kemarau, gagal panen juga terjadi karena adanya serangan hama wereng dan serangga OPT. “Untuk serangga OPT menyerang 4 hektar sawah di Kecamatan Sumbang dan dua hektar di Kecamatan Kembaran,” ujarnya.
Dinas sudah melakukan upaya pengairan berselang atau irigasi intermittent, pada daerah-daerah yang salurannya berdekatan dengan mata air. Hanya saja, metode ini bisa di lakukan di daerah Baturraden, Sumbang, Kedungbanteng, dan Cilongok.
Selain kekeringan, terjadinya gagal panen juga diakibatkan oleh wereng dan organisme pengganggu tanaman.
Dengan sawah yang terdampak wereng yaitu seluas 2 hektare di Kecamatan Somagede. Serta terdampak OPT 4 hektare di Kecamatan Sumbang dan 2 hektare di Kecamatan Kembaran.
Kemudian, menerapkan pengairan berselang atau irigasi intermittent untuk daerah-daerah irigasi yang dekat dengan mata air.
“Sistem irigasi intermittent di daerah-daerah irigasinya lancar, daerah-daerah dekat dengan mata air seperti Baturraden, Sumbang, Kedungbanteng, Pekuncen dan Cilongok. Ini bisa menghemat air irigasi di daerah atas sehingga nanti bisa dimanfaatkan air itu untuk irigasi di daerah bawah,” jelasnya.