Buntil, masakan tradisional yang masih digemari
Tidaklah asing bagi telinga warga Jawa Tengah, khususnya Banyumasan, mengenai masakan khas yang satu ini. .
Terdapat aneka ragam buntil. Ada yang diisi jengkol atau pete. Buntalan buntil disiram kuah santan kental kaya rasa. Rasanya, jangan tanya lagi. Mak nyusss….
Menurut Wikipedia, buntil adalah makanan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Makakanan ini berupa “parutan daging kelapa yang dicampur dengan teri dan bumbu-bumbu, dibungkus daun pepaya, kemudian direbus dalam santan. Makanan ini biasa dijajakan di pasar maupun pedagang kaki lima sebagai lauk untuk nasi.
Buntil dideskripsikan sebagai “parutan kelapa dengan ikan teri yang dibungkus daun pepaya”. Buntil sebenarnya adalah semacam bothok yang dibungkus dengan daun muda singkong dan diberi sedikit cairan kuah pedas yang terbuat dari santan. Isinya adalah parutan kelapa yang diberi bumbu. Daun pembungkus lain yang sering digunakan adalah daun talas atau daun sente. Berbeda dengan bothok, daun pembungkus pada buntil juga dapat turut dikonsumsi.
Di daerah Laut Tengah (terutama dari Yunani dan Turki), dikenal pula makanan semacam buntil dengan pembungkus daun anggur muda dan diisi dengan nasi.
Sumber foto: Infowisata.purbalinggakab.go.id
Di Purbalingga buntil yang khas d an sangat dikenal warga, yaitu Buntil Kutasari. Ini produksi perajin makanan di dukuh Caragmanggang. Namun dijual di Pasar Kutasari sehingga warga mengenalnya sebagai Buntil Kutasari.
Buntil Kutasari terbilang legendaris. Adalah Ibu Kasmini, sang penjual buntil legendaris itu. Ia dan suaminya sudah menjajakan makanan tradisional Purbalingga itu sejak tahun 1969 atau 53 tahun lalu.
Ibu Kasmini mengaku dirinya mulai menjajakan buntil setelah menikah muda pada usia 14 tahun. Ketika itu, Ia meneruskan dagangan buntil orang tuanya. Kasmini akhirnya memilih salah satu sudut Pasar Kutasari sebagai tempat dagangan menetap.
Buntil yang dibuat Kasmini rasanya memang istimewa. Meski bahannya tidak jauh berbeda dengan buntil buatan pedagang lainnya, namun ramuan bumbu Ibu Kasmini yang membuat buntil itu spesial. Buntil buatanya laris manis, bahkan sering dipesan oleh pejabat untuk sajian istimewa tamunya.
Rasa buntil Carangmanggang yang khas membuat banyak orang rela mengantri setiap hari, bahkan jika Minggu pagi antrian pembeli buntil Ibu Kasmini cukup mengular. ”Kalau hari Minggu saya menyiapkan lima panci, setiap panci berisi 100 buah buntil,” seperti dilansir purbalinggakab.go.id/
Sementara, untuk hari-hari biasa, dua panci berisi buntil ludes hanya sampai sekitar jam 9 pagi.
Nah, kalau Anda penasaran ingin mencoba Buntil Kutasari, silahkan datang ke Pasar Kutasari. Tentunya, harus pagi hari. Jangan mengeluh, jika harus mengantri panjang, karena setelah Anda merasakanya dijamin ketagihan.
Yuks, nikmati kuliner Purbalingga…