PURWOKERTO–Bupati Banyumas Achmad Husein mengaku optimistis sistem pengelolaan sampah yang saat sekarang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan melibatkan masyarakat dan perusahaan dapat diterapkan di negara lain.
Saat ditemui di sela kunjungan lapangan delegasi dari 13 kota se-ASEAN di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Rabu siang, ia mengatakan kegiatan tersebut bentuk apresiasi dan pengakuan bahwa apa yang dilakukan Banyumas dalam mengelola sampah itu benar serta membuahkan hasil.
“Sehingga mereka melihat dan mengakui sistem seperti ini nanti bisa diterapkan di negara lain,” katanya.
Dikutip dari Antaranews.com, sistem pengelolaan sampah di Banyumas dinilai baik oleh pihak lain, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) termasuk Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC)-United Nations Capital Development Fund (UNCDF) yang menyelenggarakan kegiatan City Window Series II di Banyumas, salah satunya mengunjungi TPST Kedungrandu.
Kendati demikian, dia mengakui sistem pengelolaan sampah di Banyumas masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. “Ya tidak sebaik yang orang bayangkan,” ujarnya.
Ia mengatakan beberapa kekurangan yang mendesak untuk diperbaiki, antara lain perbaikan sistem dan manajemen, pengontrolan, serta masih banyak masyarakat membuang sampah sembarangan.
“Kita sudah berusaha (mengelola sampah, red.), tapi masih banyak orang yang buang sampah ke sungai. Karena enggak mau bayar ke KSM (Kelompok swadaya masyarakat yang mengelola sampah, red.), mereka buang sampah di pinggir jalan,” katanya.
Selain itu, kata dia, masih kurang koordinasi antarkelompok swadaya masyarakat yang saat sekarang berjumlah 29 KSM.
Oleh karena itu, kata dia, harus ada rapat koordinasi agar sinkron dan tidak timbul masalah setiap hari.
Disinggung mengenai alasan yang membuat delegasi dari 13 kota se-ASEAN datang ke Banyumas, ia mengatakan hal tersebut disebabkan persoalan sampah di Banyumas dapat selesai tanpa adanya landfill atau tempat pembuangan akhir (TPA).
“Kita bisa selesai tanpa ‘landfill’. Mereka kebingungan ‘landfill’ itu mau diapakan, tapi kita sudah tanpa ‘landfill’,” katanya.
Menurut dia, delegasi dari 13 kota se-ASEAN itu berpikir bagaimana cara Banyumas melakukannya, padahal sederhana sekali caranya.
Dalam hal ini, kata dia, sampah yang masuk ke TPA di kota-kota se-ASEAN itu masih di atas 20 persen, sedangkan sampah di Banyumas yang telah dikelola mencapai 98 persen dan sisanya yang masih masuk ke TPA.
Dia mengatakan TPA yang masih menerima sampah tersebut akan ditutup pada 24 September atau pada hari terakhir dirinya menjabat sebagai Bupati Banyumas.
Terkait dengan masa jabatannya yang akan segera berakhir, Husein mengharapkan Penjabat Bupati maupun Bupati Banyumas definitif hasil Pilkada 2024 melanjutkan sistem pengelolaan sampah yang telah berjalan.
“Saya sudah bicara, tolong kalau ingin ini tetap berlanjut, kalau memerlukan saya, saya bisa membantu. Enggak usah dibayar, enggak apa-apa,” kata dia yang memimpin Banyumas selama dua periode itu.
Ia mengaku siap membantu agar sistem pengelolaan sampah di Banyumas tetap berkelanjutan. “Jangan sampai karena enggak ada saja, ini jadi mangkrak,” ucapnya.
Penasihat Senior Program SGAC-UNCDF Fakri Karim mengatakan memfasilitasi kota-kota di ASEAN untuk tukar pengalaman dan pelajaran dalam pembangunan hijau, salah satunya tentang pengelolaan sampah.
Oleh karena Banyumas sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan City Window Series II yang dihadiri delegasi dari 13 kota se-ASEAN, kata dia, pertemuan tersebut menjadi ajang berdiskusi dan bertukar pengalaman sambil belajar dari keberhasilan Banyumas dalam mengelola sampah.
Menurut dia, delegasi dari beberapa negara tertarik terhadap inovasi daerah itu.
“Semoga ini bisa menjadi hal yang bisa direplikasi di negara-negara lain, di kota-kota lain yang sistemnya belum sampai ke sini. Kami dari pihak UNCDF, selain memfasilitasi kapasitasnya, juga membantu kota untuk mendapat pembiayaan pembangunan selain biaya pemerintah,” katanya.