PURWOKERTO–Bupati Banyumas, Jawa Tengah Achmad Husein mengajak semua pihak terlibat dalam upaya pencegahan stunting di daerah itu, sehingga dapat mewujudkan anak-anak yang sehat dan cerdas.
“Ini program pemerintah. Untuk menyambut pertumbuhan generasi seperti yang kita harapkan saat memasuki Indonesia Emas 2045,” kata Achmad Husein dalam sambutan peresmian Rumah Anak Sigap yang didirikan oleh Pemkab Banyumas bekerja sama dengan Tanoto Foundation di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Kamis.
Menurut dia, Indonesia Emas merupakan zaman kejayaan bangsa Indonesia sebagaimana kejayaan negeri ini pada masa Kerajaan Majapahit. “Generasi saat Indonesia Emas adalah generasi yang 99,9 persen itu pintar-pintar,” ucapnya.
Rumah Anak SIGAP adalah bagian dari program Siapkan Generasi Anak Berprestasi (SIGAP), yang merupakan bentuk kemitraan antara Tanoto Foundation dengan pemerintah daerah, dan melibatkan masyarakat. Rumah Anak SIGAP didirikan dengan mengembangkan model layanan yang bertujuan untuk membekali keluarga agar mampu memberikan pengasuhan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak usia 0-3 tahun secara menyeluruh (holistik), serta terintegrasi dengan layanan kebutuhan esensial anak lainnya.
Ragam layanan yang tersedia di Rumah Anak SIGAP ditujukan untuk memastikan anak-anak usia 0-3 tahun berkembang sesuai dengan usia mereka, dengan meningkatkan keterampilan orang tua/pengasuh dalam praktik pengasuhan yang berbasis pemenuhan hak anak. Layanan tersebut meliputi kegiatan kelompok pengasuhan tematik, kegiatan stimulasi dengan bermain, pendampingan individual (orang tua dan anak), kunjungan rumah, dan beragam kegiatan pendukung lainnya.
Terdapat total empat Rumah Anak SIGAP yang menjadi kolaborasi Tanoto Foundation bersama Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yaitu di Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Tegal.
Selain anak-anak yang pandai, kata dia, saat Indonesia Emas juga diperlukan anak-anak yang sehat, tumbuh baik, dan berkembang. Walaupun bapak dan ibunya bertubuh pendek, tubuh anak-anak itu bisa tinggi dan sehat jika asupan gizinya bagus.
Oleh karena itu, bupati meminta semua pihak untuk berperan aktif dalam pencegahan stunting di Kabupaten Banyumas.
Sementara itu, Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation, Eddy Henry mengatakan upaya pencegahan stunting dapat dilakukan dari keluarga melalui perbaikan pola makan, pola hidup bersih dan sehat, serta pola asuh.
“Melalui program Rumah Anak Sigap, kita berharap orang tua mendapatkan edukasi dan informasi seputar pengasuhan, khususnya usia 0-3 tahun, bahkan sejak dari dalam kandungan,” katanya.
Menurut dia, masa-masa tersebut merupakan usia krusial dimana anak perlu mendapatkan gizi dan stimulasi yang cukup, sehingga tumbuh kembangnya dapat optimal dan tidak menjadi stunting.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas Krisianto mengatakan saat ini lokus pencegahan stunting ada di tiga kecamatan, yakni Cilongok, Kembaran, dan Kebasen. “Tiga kecamatan tersebut menjadi lokus sasaran kami, karena angka stuntingnya tinggi,” katanya.
Ia mengatakan pada tahap awal, pihaknya mengumpulkan kader-kader untuk dilatih dalam pengelolaan Rumah Anak Sigap, karena di tempat tersebut untuk sementara sudah ada 40 balita yang menjadi sasaran pencegahan stunting.
Menurut dia, orang tua balita rawan stunting tersebut, juga akan dilibatkan dalam kegiatan Rumah Anak Sigap.
“Rumah Anak Sigap ini kan yang pertama di Banyumas, sehingga kami harapkan nantinya bisa berkembang di kecamatan lainnya,” kata Krisianto.
Sementara itu, Kepala Desa Sokawera Mukhayat mengakui pada tahun 2023, Sokawera menjadi desa yang terindikasi terdapat balita stunted. “Stunted ya, belum stunting,” ujarnya.
Ia mengaku pihaknya terus berupaya utuk menurunkan angka stunted maupun stunting sesuai dengan instruksi Bupati Banyumas.
Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik kehadiran Rumah Anak Sigap di Desa Sokawera sebagai persiapan dalam rangka menciptakan anak cerdas dan bebas dari stunting.
“Sigap itu kan Siapkan Generasi Anak Berprestasi, yang di dalamnya secara singkat ada sekolah baduta (balita di bawah usia dua tahun), bagaimana pola asuhnya, pola pemberian makannya, juga untuk menambah kecerdasan secara medis kaitannya dengan gizi,” katany.
Terkait dengan jumlah balita yang terindikasi stunted, dia mengatakan tercatat sebanyak 114 anak. Dari jumlah tersebut, sekitar 10 persen mengarah ke stunting.
Menurut dia, terjadinya balita stunted maupun stunting bukan semata-mata karena faktor ekonomi keluarga, karena pemerintah telah mengucurkan berbagai bantuan seperti program keluarga harapan (PKH).
“Hanya saja, kita harus mengedukasi kesadaran ibu dalam hal pola makan anak. Biasanya, kalau anaknya malas makan, ibu anak itu justru sering kali membiarkan,” katanya.
Selain itu, kata dia, asupan protein hewani untuk balita tersebut masih kurang. Oleh karena itu, dokter dari Puskemas I Cilongok saat penyuluhan menyarankan untuk dilakukan peningkatan asupan protein hewani kepada balita dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.
Prevalensi stunting di Kabupaten Banyumas menunjukkan tren penurunan cukup signifikan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di wilayah itu turun dari 21,6 persen pada tahun 2021 menjadi 16,6 persen pada tahun 2022.